** “ Wahai Ayah Ibu, Do’akan anakmu”**
Bismillah...
Ibu, ayah salam rinduku selalu
tercurahkan untukmu.
Bersinarnya cahaya matahari tak
secerah kemilaunya cahaya Wajahmu, indahnya sinar rembualn tak seindah senyuman
yang terpancar dari bibirmu wahai ayah dan ibu ku...
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah selain Dia an hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
dan bapakmu dengan sebik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau
keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka seakli-kali janganlah
kamu mengatakan kepda keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
“ Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil.” (QS. Al Isra’:23-24)
Sungguh itulah yang diperintahkan
Allah kepada kita. Orang tua adalah perantara kita ada di dunia. Jiwadan
raganya ia kerahkan untuk anak-anaknya tak perduli bagaimana sekarang
keadaanya. Itulah orang tua yang telah merawat, mendidik, mengasihi, menyayangi
dan membiayai semua keperluan kita. Apa yang saat iniiii sudah kita lakukan
untuknya.
Bacalah kisah berikut, yang
semoga mampu membawa inspirasi untuk saudara semua:
Dalam salah satu kesempatan,
Rasulullah pernah mengabarkan kepada para sahabatnya, bahwasannya kela
sepeninggal beliau akan ada seorang pemuda bernama Uwais dari kabilah Qarn
negri Yaman, yang do’anya pasti dikabulkan oleh Alloh SWT. Ia memliki ciri ada
bekas sakit sopak sebesar uang logam di belakang badannya. Ia memiliki ibuyang
sudah tua renta dan dirawatnya baik-baik, sehingga ia mendapat keutamaan dari
Allah SWT.
Lalu umar mulai mencarinya, namun setelah sekian lama hingga
Umar menjadi khalifah belum juga ia temukan. Sampai datang kafilah dari Yaman
ke Madinah yang berjumlah besar. Umar mulai bertanya yang mana kabilah Qarn,
lalu salah seorang menunjuk ke kelompok rombongan Qarn. Umar bertanya kepada
kepala rombongan yang manakah Uwais. Ternnyata tak seorangpun yang
mengenalnya.
Tiba-tiba salah seorang menunjuk
kepada Umar bahwasannya ada anak muda yang bekerja sebagai pemerah susu. Namun,
mereka tidak mengetahui siapa nama asli anak muda itu. Anak muda ini selalu
menyiapkan air untuk ibunya bersuci, bangun sebelum sang ibu terbangun dari
tidurnya, menyiapkan sgelas susu untuk diminum ibunya setiap pagi. Tanpa pikir
panag Umar langsung menerbos kerumunan kafilah tadi dan mencari keberadaan anak
muda itu. Ia dapati anak muda ini sedang memerah susu kambing majikannya.
Lantas Umar berkata dan mendekatinya,
Umar : “ Nak, apakah engkau yang bernama Uwais?”
Uwais : “ Aku hanyalah si Pemerah susu kambing...”
Umar : “tapi namamu Uwais...?”
Uwais hanya diam. Menandakan
betapa zuhud dan rendah hatinya nak muda ini. Lalu Umar agak memaksa untuk
membalik bajunya dengan maksud agar dapat melihat tanda yang diberiatakan oleh
nabi ada bekas penyakit sopak di punggungya sebesar keping uang logam.
Begitu terlihat, meloncat
kegirangannnlah Umar lalu memeluk Uwais seraya berderai air mata kebahagiaan.
Umar : “ Allohu Akbar... akhirnya aku menemukanmu. Aku mohn kepadamu
do’akanlah Umar yang banayk dosa ini agar diampuni Allah. Sesungguhnya
Rasulullah pernah bersabda kepada kami tentang dirimu...”
Tapi Uwais hanya diam tak tau
harus berkata. Justru rona sedih terpancar dari wajahnya karena identiats
aslinya telah terbongkar. Lalu berkata,
“ Wahai Umar, engkau adalah
seorang sahabat Rasululah yang dijamin Allah dan RasulNya masuk surga, sementara
diriku ini tiadalah apa-apanya.... karena Umar terus mendesak, khirnya Uwais berkenan mengangkat kedua tangannya
kelangit seraya berdo’a, “ Ya Allah..Ampunilah Umar..Ampunilah Umar..”
Tiada lagi dikata, Umar pun
semakin menjadi tangisan bahagianya, bertemu dengan orang shalih meski usianya
jauh lebih muda darinya, meski Umar sendiri termasuk sahabat yang paling utama.
Diambil dari kajian “ Ngaji Sabtu
Ahad” di Mustek pada ahad, 21 Oktober 20121 oleh Ustadz Sulaiman Rasyid.
_________
Wahai saudaraku, bagaimana dengan
kisah yang demikian? Semoga mampu menggugah nurani kita untuk lebih mengasihi
orangt tua yang rela meregang nyawanya untuk kita. Maukah bercita-cita seperti
Uwais??? Lihatlah, Ibu dan Ayah sedang membanting tulang hingga keriput, lelah
tak dirasa untuk kita. Sayangilah... lihatlah matanya yang sayup layu kehitaman
hanya untuk kita. Perhatkan ketika mereka tidur. Geganmlah tangannya...
bersmpuh di hadapannya, meminta maaf atsa semua kelalaian kita. Sayangilah
mereka...
Wahai Ibu,
Wahai ayah,
Maafkanlah anakmu...
Semoga rahmat Alloh senantiasa
menaungimu,
Ya Alloh... sayangilah mereka,
ampunilah dosa-dosanya, muliakanlah ia. Jangan Engkau buat ia bersedih ya
Alloh... Angkatlah derajatnya dan bahagiakanlah senantiasa dirinya ya Tuhan.
Lindungilah mereka. Aamiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar