Jumat, 23 November 2012

** “ Wahai Ayah Ibu, Do’akan anakmu”**



 ** “ Wahai Ayah Ibu, Do’akan anakmu”**

Bismillah...

Ibu, ayah salam rinduku selalu tercurahkan untukmu.


Bersinarnya cahaya matahari tak secerah kemilaunya cahaya Wajahmu, indahnya sinar rembualn tak seindah senyuman yang terpancar dari bibirmu wahai ayah dan ibu ku...
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia an hendaklah kamu berbuat baik pada ibu dan bapakmu dengan sebik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka seakli-kali janganlah kamu mengatakan kepda keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
“ Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al Isra’:23-24)
Sungguh itulah yang diperintahkan Allah kepada kita. Orang tua adalah perantara kita ada di dunia. Jiwadan raganya ia kerahkan untuk anak-anaknya tak perduli bagaimana sekarang keadaanya. Itulah orang tua yang telah merawat, mendidik, mengasihi, menyayangi dan membiayai semua keperluan kita. Apa yang saat iniiii sudah kita lakukan untuknya.
Bacalah kisah berikut, yang semoga mampu membawa inspirasi untuk saudara semua:
Dalam salah satu kesempatan, Rasulullah pernah mengabarkan kepada para sahabatnya, bahwasannya kela sepeninggal beliau akan ada seorang pemuda bernama Uwais dari kabilah Qarn negri Yaman, yang do’anya pasti dikabulkan oleh Alloh SWT. Ia memliki ciri ada bekas sakit sopak sebesar uang logam di belakang badannya. Ia memiliki ibuyang sudah tua renta dan dirawatnya baik-baik, sehingga ia mendapat keutamaan dari Allah SWT.
Lalu umar mulai  mencarinya, namun setelah sekian lama hingga Umar menjadi khalifah belum juga ia temukan. Sampai datang kafilah dari Yaman ke Madinah yang berjumlah besar. Umar mulai bertanya yang mana kabilah Qarn, lalu salah seorang menunjuk ke kelompok rombongan Qarn. Umar bertanya kepada kepala rombongan yang manakah  Uwais. Ternnyata tak seorangpun yang mengenalnya.
Tiba-tiba salah seorang menunjuk kepada Umar bahwasannya ada anak muda yang bekerja sebagai pemerah susu. Namun, mereka tidak mengetahui siapa nama asli anak muda itu. Anak muda ini selalu menyiapkan air untuk ibunya bersuci, bangun sebelum sang ibu terbangun dari tidurnya, menyiapkan sgelas susu untuk diminum ibunya setiap pagi. Tanpa pikir panag Umar langsung menerbos kerumunan kafilah tadi dan mencari keberadaan anak muda itu. Ia dapati anak muda ini sedang memerah susu kambing majikannya. Lantas Umar berkata dan mendekatinya,
Umar     : “ Nak, apakah engkau yang bernama Uwais?”
Uwais    : “ Aku hanyalah si Pemerah susu kambing...”
Umar     : “tapi namamu Uwais...?”
Uwais hanya diam. Menandakan betapa zuhud dan rendah hatinya nak muda ini. Lalu Umar agak memaksa untuk membalik bajunya dengan maksud agar dapat melihat tanda yang diberiatakan oleh nabi ada bekas penyakit sopak di punggungya sebesar keping uang logam.
Begitu terlihat, meloncat kegirangannnlah Umar lalu memeluk Uwais seraya berderai air mata kebahagiaan.
Umar     : “ Allohu Akbar... akhirnya aku menemukanmu. Aku mohn kepadamu do’akanlah Umar yang banayk dosa ini agar diampuni Allah. Sesungguhnya Rasulullah pernah bersabda kepada kami tentang dirimu...”
Tapi Uwais hanya diam tak tau harus berkata. Justru rona sedih terpancar dari wajahnya karena identiats aslinya telah terbongkar. Lalu berkata,
“ Wahai Umar, engkau adalah seorang sahabat Rasululah yang dijamin Allah dan RasulNya masuk surga, sementara diriku ini tiadalah apa-apanya.... karena Umar terus mendesak, khirnya  Uwais berkenan mengangkat kedua tangannya kelangit seraya berdo’a, “ Ya Allah..Ampunilah Umar..Ampunilah Umar..”
Tiada lagi dikata, Umar pun semakin menjadi tangisan bahagianya, bertemu dengan orang shalih meski usianya jauh lebih muda darinya, meski Umar sendiri termasuk sahabat yang paling utama.
Diambil dari kajian “ Ngaji Sabtu Ahad” di Mustek pada ahad, 21 Oktober 20121 oleh Ustadz Sulaiman Rasyid.
_________
Wahai saudaraku, bagaimana dengan kisah yang demikian? Semoga mampu menggugah nurani kita untuk lebih mengasihi orangt tua yang rela meregang nyawanya untuk kita. Maukah bercita-cita seperti Uwais??? Lihatlah, Ibu dan Ayah sedang membanting tulang hingga keriput, lelah tak dirasa untuk kita. Sayangilah... lihatlah matanya yang sayup layu kehitaman hanya untuk kita. Perhatkan ketika mereka tidur. Geganmlah tangannya... bersmpuh di hadapannya, meminta maaf atsa semua kelalaian kita. Sayangilah mereka...
Wahai Ibu,
Wahai ayah,
Maafkanlah anakmu...
Semoga rahmat Alloh senantiasa menaungimu,
Ya Alloh... sayangilah mereka, ampunilah dosa-dosanya, muliakanlah ia. Jangan Engkau buat ia bersedih ya Alloh... Angkatlah derajatnya dan bahagiakanlah senantiasa dirinya ya Tuhan. Lindungilah mereka. Aamiin..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar